Biologi Perikanan Kompetisi dan Predasi
Makalah Mata Kuliah Biologi Perikanan
KOMPETISI DAN PREDASI
Oleh
:
MUHAMMAD LHAURI
150302011
II/A
MATA
KULIAH BIOLOGI PERIKANAN
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Biologi Perikanan yang berjudul “Kompetisi
dan Predasi”
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ani Suryanti, S.Pi, M.Si selaku Dosen
Mata Kuliah Biologi Perikanan serta kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kebaikan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita pihak yang membutuhkannya. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.
Medan, Juni
2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan................................................................................................................ 3
Manfaat Penulisan.............................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Kompetisi........................................................................................................................... 4
Predasi................................................................................................................................ 6
Interaksi Mangsa dan Pemangsa
dalam Kompetisi dan Predasi........................................ 8
PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................................................... 10
Saran................................................................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim
dengan jumlah pulau kurang lebih 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000
km tidak hanya menempatkan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, tetapi
lebih dari itu menyimpan kekayaan sumberdaya alam laut yang besar dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Kekayaan sumberdaya laut Indonesia sangat
berlimpah, menyusul dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari laut, potensi
perikanan sebesar 6,26 juta ton/tahun dengan keragaman jenis ikan namun belum
seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2005, total produksi
perikanan 4,71 juta ton, dimana 75 % (3,5 juta ton) berasal dari tangkapan laut
(Saputra, 2011).
Biologi Perikanan
adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen oleh manusia.
Kadang pengertian istilah biologi ikan ditujukan kepada pengertian fisiologi,
reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku, dan sebagainya. Atas
dasar tersebut praktikum biologi perikanan dilaksanakan dengan komposisi materi
meliputi analisa morfometrik. Kadang pengertian istilah biologi ikan ditujukan
kepada pengertian fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan,
tingkah laku, dan sebagainya. Atas dasar tersebut praktikum biologi perikanan
dilaksanakan dengan komposisi materi meliputi analisa morfometrik (Fahrozi,
2014).
Ciri khas ikan adalah
mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat
bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki
kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga
keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang
disebabkan oleh arah angin. Dalam keluarga hewan bertulang belakang vertebrata,
ikan menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 spesies
yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang
terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar
tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis)
dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan
laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air
laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar (Burhanuddin, 2008).
Pada dasarnya mahluk
hidup dan habitatnya tidak dapat dipisahkan satu dengan lainya. Keduanya saling
mepengaruhi setiap kelompok mahluk hidup menetap di tempat tertentu yang
dinamakan habitat. Antara mahluk hidup yang satu dengan yang lain terjadi
hubungan baik antara sesama spesies maupun komponen biotik dan abiotik.
Hubungan timbal balik dikenal pula dengan istilah interaksi atau aksi
interaksi. Ada beberapa jenis interaksi yang dapat terjadi antar mahluk hidup
yang simbiosis, kompetisi dan predasi (Tarsan, 2016).
Kompetisi
adalah suatu persaingan atau pun usaha yang dilakukan suatu individu ataupun
makhluk hidup untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dari individu lainnya.
Di dalam ekologi hewan pada umumnya setiap individu sering sekali bersaing
untuk sumber daya alam maupun daya yang memiliki keterbatasan seperti yang
paling utama yaitu makanan, teritorial atau lawan jenis untuk dijadikan
pasangan. Sedangkan
Predasi, yaitu hubungan antara
mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa,
predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai
pengontrol populasi mangsa. Organisme
yang memakan organisme lain disebut predator atau pemangsa, sedangkan organisme
yang dimakan disebut prey atau mangsa (Fahrozi, 2014).
Makhluk hidup di bumi
ini sangat beraneka ragam, yang terdiri dari campuran populasi dari berbagai
spesies yang hidup bersama atau disebut komunitas. Di dalam lingkungan hidup,
interaksi (hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi) terjadi baik antar
makhluk hidup dengan sesamanya maupun dengan lingkungannya. Predasi umumnya
suatu spesies memakan spesies lain, meskipun beberapa hewan memangsa sesama
jenis. Pada predasi antar hewan, predator
kebanyakan berukuran lebih besar dari pada prey. Interaksi antar dua populasi ini sangat penting karean
kelangsungan hidup mahluk hidup tergantung pada keseimbangan lingkungna di
sekitarnya. Dengan keseimbnagan tersebut dapat tercapai jika jumblah rata-rata
populasi dari mangsa dan pemangsa yang sedang berinrentraksi sesuai dengan
ukuran dan proporsinya (Fitriah, 2016).
Spesies pemangsa yang
secara fisik ukurannya lebih besar dibandingkan dengan mangsa, sedangkan mangsa
adalah spesies yang dimangsa yang ukurannya lebih kecil dari pada pemangsa.
Interaksi yang terjadi dapat berupa predasi (makan dimakan), kompetisi
(persaingan) maupun simbiosis (persekutuan hidup). Hal itu menunjukan pada
hakikatnya makhluk hidup di bumi ini tidak dapat hidup sendiri secara normal,
tetapi akan saling berinteraksi dengan berbagai spesies yang ada. Banyak sistem
interaksi yang berlangsung dalam ekosistem alami, salah satunya adalah sistem
interaksi mangsa pemangsa (prey predator).
(Nasikin dan Niken, 2013).
Makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya
dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di
dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Dengan model matematika para ilmuwan
juga dapat memprediksi kestabilan interaksi kedua spesies. Kestabilan yang
dimaksud adalah jumlah populasi tidak habis sehingga interaksi tetap ada. Predator adalah hewan yang memburu dan
memakan mangsanya, sedangkan mangsa adalah sebaliknya (Suzyana, 2013).
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui kompetisi dan predasi.
2. Untuk mengetahui
kompetisi makanan, kompetisi derah
pemijahan/sarang, kompetisi ruang.
3..Untuk mengetahui
indeks dalam persentase mangsa dan pemangsa.
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai informasi bagi
pihak-pihak yang membutuhkan dan diharapkan
dengan tulisan ini dapat menambah perbendaharaan khazanah pengetahuan tentang
konsep dasar kompetisi dan predasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Kompetisi
Kompetisi
adalah suatu persaingan ataupun usaha yang dilakukan suatu individu ataupun
makhluk hidup untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dari individu lainnya.
Di dalam ekologi hewan pada umumnya setiap individu sering sekali bersaing
untuk sumber daya alam maupun daya yang memiliki keterbatasan seperti yang
paling utama yaitu makanan, teritorial atau lawan jenis untuk dijadikan
pasangan. Kompetisi terjadi pada individu-individu yang berada dalam satu
komunitas (Junaidi, dkk., 2015).
Kompetisi
terutama terjadi dalam hal perebutan sumber makanan, habitat, atau pasangan.
Ketika sumber makanan tidak sebanding dengan jumlah individu yang menempati
wilayah tersebut, maka kompetisi akan semakin besar. Begitu pula dengan wilayah
yang sempit juga akan memperbesar tingkat kompetisi antarindividu dalam
mempertahankan habitatnya. Tidak imbangnya perbandingan antara individu jantan
dan betina juga dapat memicu terjadinya kompetisi, mengingat kepentingan
biologis setiap organisme dan pentingnya mempertahankan jenis
(perkembangbiakan) (Mulyani, 2010).
Dalam suatu ekosistem terdapat banyak komponen-komponen
ekologi yang saling berinteraksi satu sama lain. Dalam populasi terdapat
fenomena interaksi antar maupun interspesies, yang bentuknya meliputi
kompetisi, predasi/parasitisasi,
mutualisme, komensalisme, atau amensalisme. Masing-masing interaksi tersebut
akan sangat mempengaruhi dinamika populasi masing-masing pemeran dalam
ekosistem. Fenomena menarik yang akhir-akhir ini muncul adalah predasi intraguild, yang merupakan kombinasi
antara kompetisi dan predasi/parasitisasi, karena predasi intraguild tersebut
pada banyak kasus merupakan sebagai salah satu faktor utama dalam keberhasilan
pengendalian hayati (Rani, dkk., 2007).
Dalam artian yang luas
kompetisi ditunjukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan
sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi antara individu yang sejenis
ataupun antara indifidu yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara
individu yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan
persaingan yang terjadi antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai
persaingan interspesifik. kompetisi yang terjadi antara organisme-organisme
tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini bersifat
merugikan. Setiap organisme yang berinteraksi akan di rugikan jika sumber daya
alam menjadi terbatas jumlahnya. Yang jadi penyebab terjadinya persaingan
antara lain makanan, suhu, pH, dan lain–lain. Faktor-fator intraspesifik
merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang turut
mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang
di maksud merupakan perubahan biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Efendi,
dkk., 2016).
Persaingan
antarorganisme dibedakan menjadi 2 yaitu persaingan intraspesifik merupakan
persaingan yang terjadi antara individu dari spesies yang sama. Persaingan ini
dapat berupa persaingan secara langsung yang ditampakan dalam bentuk perebutan
individu betina dan wilayah kekuasaan dan persaingan secara tidak langsung yang
ditampakkan dalam bentuk memperebutkan makanan.
Persaingan
yang terjadi antar dua atau lebih individu dari spesies yang berbeda. Spesies
yang akan bertahan dalam persaingan bergantung pada reproduksi, tingkat
agresifitas, dan pertumbuhan. Agar suatu spesies dapat melanjutkan kehidupan, ada
beberapa yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup suatu
spesies, diantaranya adalah keaktifan memperbutkan ruang tempat hidup, keaktifan
memperebutkan makanan, keaktifan memperebutkan unsur hara. Selain
faktor-faktor diatas, kemampuan dalam beradaptasi juga sangat berpengaruh (Frahma,
2012).
Kompetisi
pada daerah pemijahan dapat dicontohkan pada ikan guppy (Poecilia reticulata) umumnya pasangan ikan
guppy (Poecilia reticulata) akan selalu diikuti oleh beberapa ekor ikan
jantan lain (sneaker atau pesaing pembuahan, dan jantan tunggal bukan
pesaing pembuahan) yang juga berusaha merebut ikan betina. Sedangkan ikan
jantan yang sedang berpasangan (jantan utama) akan berusaha mempertahankan ikan
betina pasangannya dengan menghalang halangi ikan-ikan jantan lain mendekati
betina pasangannya. Dan contoh lain terjadi pada ikan salmon (Oncorhynchusn masou) akan ada salah salalu ikan salmon yang tertinggal
atapun terlambat datang ke daerah pemijahan/pembuatan sarang, sehingga ikan
salmon tersebut akan merusak sarang ikan
salmon lain yang sudah ada (Bangun,
dkk., 2013).
Persaingan
dalam ruang sebagai dapat dicontohkan pada habitat yang
banyak tanaman airnya, ruang tidak dapat dapat digunakan sempurna. Karena, siang hari terjadi fotosintesa dengan hebat sehingga penjenuhan air dengan zat asam. Pada malam hari air dan tanaman mengganggu. Sehingga zat asam untuk pernafasan akan habis dan akhirnya ikan stress sehingga ikan terserbut akan mati. Individu-individu
dalam populasi tidak hanya menyebar dalam ruang, tetapi juga dalam waktu.
Penyebaran temporal dapat berkaitan dengan perubahan harian dari terang dan
gelap. Sementara itu, penyebaran temporal hewan lainnya dapat dikarenakan oleh
perubahan suhu dan kelembaban, musim, siklus bulan, atau siklus pasang-surut
air laut (Prajitno, 2011).
Predasi
predasi, yaitu
hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab
tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi
sebagai pengontrol populasi mangsa. Organisme
yang memakan organisme lain disebut predator atau pemangsa, sedangkan organisme
yang dimakan disebut prey atau
mangsa. Predator
memainkan peran penting dalam ekosistem. Sebagai contoh, jika predator tidak
ada, maka satu spesies bisa menjadi lebih dominan atas spesies lain. Mangsa
juga memiliki adaptasi untuk menghindari predator. Mangsa terkadang menghindari
deteksi dengan menggunakan kamulflage.
Kamulflage berarti bahwa spesies
memiliki penampilan (warna, bentuk, atau pola) yang membantu mereka berbaur
dengan latar belakangnya. Contohnya adaptasi dimana spesies menggunakan
penampilan untuk menyalin atau meniru spesies lain yang dilakukan oleh ikan ataupun
atau juga kamulflage yang juga
dilakukan oleh katak
(Herlambang, 2009).
Hubungan predator mangsa cenderung untuk menjaga populasi
dari kedua spesies seimbang. Karena populasi mangsa meningkat, ada lebih banyak
makanan untuk predator. Jadi, setelah
sedikit tertinggal, populasi predator
meningkat juga. Saat jumlah predator meningkat,
akan lebih banyak mangsa ditangkap. Akibatnya, populasi mangsa mulai menurun. Pada contoh
predator-mangsa, salah satu faktor membatasi pertumbuhan faktor lainnya.
Seperti populasi mangsa yang mati, populasi predator yang mulai menurun juga.
Populasi mangsa merupakan faktor pembatas. Sebuah faktor pembatas membatasi
pertumbuhan atau perkembangan suatu organisme, populasi, atau proses
(Febriansyah, 2011).
Salah satu ilmuwan yang meneliti model interaksi
mangsa dan pemangsa ini adalah Chakraborty dalam artikelnya “Predator-prey
Interaction with Harvesting: Mathematical Study with Biological Ramifications”.
Chakraborty menurunkan model pertumbuhan kedua spesies ini dengan memasukkan
model Holling dan faktor pemanenan pada predator. Faktor pemanenan pada predator
ditandai dengan adanya interaksi dengan manusia, manusia sebagai pihak
pemanen yang mengambil atau membunuh sejumlah populasi predator persatuan
waktu. Model predator-prey tipe Holling ditandai dengan adanya laju
predasi yang mengikuti asumsi predator. Dibatasi kapasitasnya untuk memproses
makanan. Sebagai contoh interaksi yang mengambarkan tipe holling adalah
interaksi predator-prey antara bakteri
sel satu berperan sebagai pemangsa dan bakteri sebagai mangsa. Dalam predasi
memiliki indeks pilihan/index of
electivity (E) dan indeks of preponderance yaitu :
E= ri - pi
ri + pi
Dengan keterangan:
ri : Jumblah
relatif macam-macam organisme yang dimakan
Pi : Jumblah
relatif macam organisme dalm perairan
nilainya
berkisar antara + 1 sampai -1
E = 1 : Tidak ada seleksi ikan pemnagsa terhadap
makanaya
E > 1 : Ada pilihan
E < 1 : Makanan tersebut tidak digemari oleh
pemangsa
IP = vi x oi
∑vi x oi
Dengan keterangan:
Vi : Persentase volume satu makanan
Oi : Persentase frekuensi kejadian satu macam
makanan
∑ ViOi : Jumblah Vi
Oi semu maca
makanan (Widihastui, 2010).
Dalam
pembagian predasi ada yang disebut predasi intraguild
adalah saling membunuh/memakan antar spesies yang menggunakan sumber daya yang
sama, dimana spesies tersebut merupakan kompetitor potensial antara yang satu
dengan yang lainnya, dan spesies tersebut mempunyai cara akuisisi sumber daya
yang sama. Atau intraguild adalah
predasi yang terjadi antar anggota dalam kaum (suatu kelompok spesies yang
mengeploitasi sumber daya lingkungan yang sama dengan cara yang sama pula) yang
sama. Predasi intraguild merupakan
kombinasi antara kompetisi dengan predasi/parasitisasi (Bangun, 2013).
Perbedaan antara
predasi dengan kompetisi adalah bahwa pada predasi, salah satu spesies
mendapatkan keuntungan sedangkan pada kompetisi umumnya kedua-duanya mengalami
kerugian Selain itu predasi intraguild
berperan menurunkan kompetisi potensial. Predasi pada sutu ekosistem terjadi
apabila dalam suatu rantai makanan, antar spesies penunjang ekosistem tersebut
saling tumpang tindih perannya. Khususnya pada predator, ada minimal 2 jenis
predator yang menunjang suatu ekosistem. Secara umum predator yang ada dapat
dikelompokkan dalam 2 kelas, yaitu predator intermediet
(mangsa) dan predator puncak)
(Muniarti, 2015).
Interaksi
Mangsa dan Pemangsa dalam Kompetisi dan Predasi
Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang
satu dengan yang lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme
yaitu intraspesies dan interspesies. Interaksi intraspesies adalah hubungan
antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi
interspesies adalah hubungan yang terjadi antara organisme yang berasal dari
spesies yang berbeda. Secara garis besar interaksi intraspesies dan
interspesies dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan
(Wahyuningsih dan ternala, 2006).
Di dalam lingkungan
hidup, interaksi (hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi) terjadi baik
antar makhluk hidup dengan sesamanya maupun dengan lingkungannya. Interaksi
yang terjadi antar makhluk hidup dalam suatu lingkungan hidup, antara lain
berupa simbiosis mutualisme, kompetisi (persaingan), dan predasi. Predasi
merupakan hubungan antara mangsa (prey)
dan pemangsa (predator). Makhluk
hidup di bumi ini sangat beraneka ragam, yang terdiri dari campuran populasi
dari berbagai spesies yang hidup bersama atau disebut komunitas (Junaidi, dkk., 2015).
Hal itu menunjukan pada
hakikatnya makhluk hidup di bumi ini tidak dapat hidup sendiri secara normal,
tetapi akan saling berinteraksi dengan berbagai spesies yang ada. Banyak sistem
interaksi yang berlangsung dalam ekosistem alami, salah satunya adalah sistem interaksi
mangsa pemangsa (prey predator).
Spesies pemangsa yang secara fisik ukurannya lebih besar dibandingkan dengan
mangsa, sedangkan mangsa adalah spesies yang dimangsa yang ukurannya lebih
kecil dari pada pemangsa. Interaksi yang terjadi dapat berupa predasi (makan
dimakan), kompetisi (persaingan) maupun juga simbiosis (persekutuan hidup)
(Nasikin dan Niken, 2013).
Makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya
dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di
dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Dengan model matematika para ilmuwan
juga dapat memprediksi kestabilan interaksi kedua spesies. Kestabilan yang
dimaksud adalah jumlah populasi tidak habis sehingga interaksi tetap ada. Predator adalah hewan yang memburu dan
memakan mangsanya, sedangkan mangsa adalah sebaliknya. Titik setimbang benda
yaitu suatu titik dimana tanpa ada kecenderungan untuk bergerak. Titik
setimbang sering diidentifikasikan sebagai titik dimana seluruh benda terpusat
pada kondisi setimbang sama dengan nol (Suzyana, 2013).
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan pada
penulisan ini adalah:
1. Kompetisi adalah suatu persaingan ataupun usaha yang dilakukan suatu
individu ataupun makhluk hidup untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dari
individu lainnya. sedangkan predasia
adalah predasi, yaitu hubungan
antara mangsa dan pemangsa (predator).
Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa.
2. Kompetisi pada daerah pemijahan sebagi contoh pada ikan guppy jantan akan
berusaha menghalang-halangi jantan lainya apabila ada yang berusaha mendekati
dan merebut ikan guppy betina. Kompetisi dalam ruang sebagai contoh habitat yang banyak tanaman airnya, ruang tidak dapat dapat digunakan
sempurna Karena, siang hari terjadi
fotosintesa dengan hebat sehingga penjenuhan air
dengan zat asam. Kompetisi dalam pemijahan/sarang persaingan dalam
makanan persaingan ini dapat berupa persaingan secara langsung yang ditampakan
dalam bentuk perebutan individu betina dan wilayah kekuasaan dan persaingan
secara tidak langsung yang ditampakkan dalam bentuk memperebutkan makanan.
3. Indeks dalam persentase mangsa dan
pemangsa dalam predasi yaitu indeks
pilihan/index of electivity (E) dan indeks
of preponderance dengan rumus sebagai beerikut:
E= ri - pi dan IP = vi x oi
ri + pi ∑vi x oi
Saran
Saran
untuk Mata Kuliah Biologi Perikanan ini adalah sebelum memulai belajar
mengajar sebaiknya mahasiswa sudah
terlebih dahulu mempelajari dan memahami materi yang akan disampaikan agar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin,
A.I. 2008. Peningkatan Pengetahuan
Konsepsi Sistematika dan Pemahaman
Sistem Organ Ikan yang Berbasis
SCL Pada Matakuliah Ikhtiologi. LKPP
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Bangun, D. M.,
Syahrial, O., Mukhtar, I. P. 2013. Uji
Daya Predasi Forficula Sp. (Dermaptera:Forficulidae)
dan Dolichoderus Sp (Hymenoptera:
Formicidae) Terhadap Hama Perusak Pucuk Kelapa Brontispa Longissima Gestro (Coleoptera:Chrysomelidae) di Laboratorium. Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bangun, D. M .
2013. Uji Daya Predasi Beberapa Predator Terhadap
Larva dan Imago Hama Perusak Pucuk Kelapa Brontispa
Longissima Gestro (Coleoptera:Chrysomelidae)
di Laboratorium. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Efendi, S.,
Yahermadi., Novry, N. 2016. Studi
Preferensi dan Tanggap Fungsional Menochilus Sexmaculatus dan Coccinella
Transversalis pada Beberapa Mangsa yang Berbeda. Fakultas Pertanian,
Universitas Andalas. Padang.
Fahrurozi. 2014. Tingkah Laku Makan Lele Sangkuriang (Clarias
Gariepinus Var Sangkuriang)
Terhadap Beberapa Jenis Anak Ikan. Universitas Indonesia, Beakasi.
Frahma, A. W. 2012. Analisis Dinamik Model Simbiosis Komensalisme
dan Predasi pada Populasi Empat Spesies. Fakultas Matematika dan
Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya, Malang.
Febriansyah, 2011. Predasi dan
Kompetisi pada Mikroba Biodekomposer. Universitas Islam Negeri Malang, Malang.
Fitria, F, A. 2016. Analisis Model
Matematika Peran Penambahan Makanan dalam Sistem Ekoepidemiologi dengan Penyakit pada Prey. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga,
Surabaya.
Henulihi,
V. 2010. Biologi Umum. Fakultas Matematika dan Pengetahuan
Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.
Herlambang,
2009. Ditribusi, Habitat, Relung dan Kompetisi pada Beruang Madu. Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Junaedi, I., Siti, J., Dini, Z. 2015.
Simulasi Model Mangsa Pemangsa di Wilayah yang dilindungi untuk Kasus Pemangsa
Tergantung Sebagian pada Mangsa. Fakultas
Sains dan Teknologi, Uin Sunan Gunung Djati, Bandung.
Mulyani,
A. 2010. Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik pada Tumbuhan. Fakultas Sain
dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta. Jakarta.
Muniarti, D. C.
2015. Variasi Karakter Kuantitatif Kepiting Uca
Annulipes (Brachyura:Ocypodidae) di Kepulauan Indonesia. Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Nasikhin, A dan
Niken, L. 2013. Model Predator-Prey
Menggunakan Respon Fungsional Tipe dengan
Prey Bersimbiosis Mutualisme. Fakultas Sains dan Teknik Universitas
Jenderal Soedirman, Surabaya.
Prajitno, A.
2011. Persaingan dan Pemangsaan Biologi Perikanan. Institut Pertaian Bogor,
Bogor.
Rani, C. Syafrudin, Y., Florenta, D. S.
2007. Preferensi dan Daya Predasi Acanthaster
Planci Terhadap Karang Keras . Fakultas Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hassanuddin, Makassar.
Saputra, D. A. 2011. Ram Jet Ventilation Perubahan Struktur
Morfologi dan Gambaran Mikroanatomi Insang Ikan
Lele (Clarias Batrachus) Akibat Paparan. Universitas Hassanuddin,
Makassar.
Sutyana, 2013. Interaksi Antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanen Prey. Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Airlangga, Surabaya.
Sugianti, B.,
Enjang, H. H., Nuah, J., Yeni, A. 2014. Daftar Pisces yang Berpotensi Sebagai Spesies Asing Invasi di Indonesia.
PT. Hadi Dwi Utama, Jakarta.
Tarsan, 2016. Laju Predasi Drupella Cornus (Roding,1798) pada Beberapa Jenis
Karang Acropora di Hatchery
Pulau Barranglompo. Fakultas Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hassanuddin, Makassar.
Wahyuningsih, H Dan Ternala, A. B.
2016. Buku Ajar Ikhtiologi. Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Widihastui,
2010. Predasi Intraguild Fenomena dan Pengaruhnya dalam Pengendalian Hayati.
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam.
Universitas Dian Nusantara, Medan.

Slot Machines, RTP & Free Play - Poormans Casinos
BalasHapusThe online slot machines 유니벳 have some 탱글다희성인방송 pretty interesting aspects that 토 타임 you will not notice in av 보는 곳 some other casino slot machines. The casino game mechanic is 스포츠사이트